Pengambilan
suatu keputusan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Begitupun dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus
mengambil keputusan apakah seorang siswa harus mengulang materi
tertentu, apakah seorang siswa pantas naik kelas atau bahkan harus tidak
lulus. Untuk mendapatkan keputusan yang
tepat, diperlukan informasi yang memadai tentang siswa, seperti
penguasaan mereka terhadap materi, sikap dan perilakunya sehari-hari.
Dalam konteks inilah, evaluasi memegang peranan yang cukup penting.
Dengan demikian, bila guru dapat melakukan evaluasi secara baik maka
dapat dipastikan ia memiliki kemampuan mengajar yang baik.
DARI :http://www.masbied.comPerbedaan Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Untuk menjiadi guru yang baik, maka
harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang evaluasi karena
pembelajaran dan evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menelusuri lebih dalam tentang
evaluasi, penilaian, tes dan pengukuran, mari kita simak uraian berikut.
A. Pengukuran, Tes, Penilaian, dan Evaluasi1. Pengukuran
Pengukuran merupakan cabang ilmu
statistika terapan yang bertujuan untuk membangun dasar-dasar
pengembangan tes yang lebih baik, valid, dan reliabel. Reynolds, et al
(2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk
menetapkan bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteristik,
atribut atau tingkah laku. Pengukuran memiliki beberapa karakteristik
yakni, (1) merupakan perbandingan antara atribut yang diukur terhadap
alat ukurnya, (2) hasil pengukuran bersifat kuantitatif, (3) hasil
pengukuran bersifat deskriptif, tanpa berusaha menginterpretasikan
hasilnya secara lebih jauh.
2. Tes
Tes dipandang sebagai salah satu alat
pengukuran yang berbentuk satu set pertanyaan untuk mengukur pengetahuan
peserta tes.Dalam hal ini, objek pengukuran berupa atribut psikologis
dan sampel perilaku yang tampak dapat diukur secara tidak langsung
melalaui tes. Cronbach (Reynolds, et al. 2010:4) membagi tes menjadi dua
kelompok yakni tes performansi maksimal (tes domain kognitif) dan
jawaban tipikal.
Dalam satu perangkat tes, harus berisi
stimulus-stimulus berupa pertanyaan yang disusun secara sistematis.
Pertanyaan dan arah jawaban harus benar-benar dapat difahami oleh siswa,
sebab jawaban siswa berkaitan dengan kemampuan kognitifnya yang bisa
benar juga bisa bernilai salah.
Tes performansi maksimal terbagi atas
dua bagian yakni tes kecepatan dan tes kemampuan. Tes kecepatan
bertujuan untuk mengukur kecepatan siswa dalam mengerjakan tes yang ada,
memuat lebih banyak butir soal dengan tingkat kesulitan yang relatif
rendah. Sedangkan tes kemampuan bertujuan untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa secara terperinci. Tes kemampuan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyelesaikan tes dengan waktu yang relatif panjang,
mencakup butir-butir soal dengan kesulitan yang bervariasi, diurutkan
dari yang mudah sampai dengan soal yang paling sulit.
3. Penilaian
Penilaian diawali oleh pengukuran.
Penilaian merupakan prosedur yang sistematis, mencakup kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi (hasil
pengukuran) untuk membuat kesimpulan tentang objek yang diukur.
Beberapa hal yang menjadi prinsip
penialain adalah ; (1) penialaian tidak boleh terlepas dari proses
pembelajaran, (2) penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode,
dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman
belajar, (3) penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek
dan tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
Tujuan penilaian meliputi : (1) untuk
menelusuri jalannya proses pembelajarn, (2) mengecek adanya
kelemahan-kelemahan yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung,
(3) mencari hal-hal yang menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar, dan
(4) menyimpulkan penguasaan siswa atas kompetensi pembelajaran yang
telah ditetapkan.
4. Evaluasi
Evaluasi dipandang sebagai tindakan
untuk menetapkan keberhasilan suatu program. Evaluasi diawali oleh
proses pengukuran dan penilaian. Selanjutnya, interpretasi dari hasil
penilaian dapat bersifat evaluatif apabila disandarkan pada suatu
kriteria tertentu. Gronlund & Linn (1990:12) menggolongkan evaluasi
ke dalam empat kelompok yakni sebagai berikut.
a) Evaluasi penempatan
Digunakan untuk mengetahui kemampuan
siswa di awal pembelajaran. Evaluasi ini digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti ; (1) apakah siswa telah memiliki
pengetahuan awal yang diperlukan untuk memulai pembelajaran? (2)
seberapa jauh siswa menguasai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
direncanaka, (3) seberapa jauh minat siswa, kebiasaan bekerja, dan
karakter personalnya di dalam kelas ?
b) Evaluasi formatif
Digunakan untuk memantau kemajuan
belajar siswa selama pembelajaran, yakni guna memberikan umpan balik
kepada siswa maupun guru terkait dengan keberhasilan proses pembelajaran
yang telah dilakukan.
c) Evaluasi diagnostik
Digunakan untuk mendiagnosis berbagai
kesulitan siswa selama pembelajaran serta merumuskan rencana tindakan
remediasi untuk siswa.
d) Evaluasi sumatif
Digunakan untuk mengevaluasi prestasi
siswa di akhir pembelajaran. Tujuannya penggunaannya adalah untuk
menetapkan nilai suatu mata pelajaran atau menyatakan tingkat penguasaan
siswa atas materi yang diajarkan.
B. Pengetahuan Tentang Penilaian yang Harus Dikuasai oleh Guru
Hal-hal penting yang harus difahami oleh guru dalam penilaian pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Guru harus mampu memilih prosedur penilaian yang tepat.
Kompetensi ini penting diketahui agar
guru dapat mengenali ruang lingkup prosedur penilaian yang ada di
sekolah dan jenis-jenis informasi yang diberikan dengan penggunaan
prosedur yang berbeda.
Guna membuat keputusan yang tepat dan informatif, guru harus memiliki
kemampuan dalam menempatkan, menginterpretasikan, dan menggunakan
informasi secara teknis berkaitan dengan pengembangan tes.2. Guru harus memiliki kemampuan mengembangkan prosedur penilaian yang tepat.
Untuk memenuhi kriteria ini, guru harus
memahami tentang prinsip-prinsip dan standar dalam mengembangkan
teknik-teknik penilaian, mengkonstruk butir soal, menyusun pilihan
jawaban, serta kemampuan dalam mengevaluasi instrumen penilaian yang
digunakan.
3. Guru harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan, melakukan penskoran, serta menafsirkan hasil penilaian yang dibuat.
Dalam hal ini guru harus mampu memahami
prinsip-prinsip tes baku dan siap melaksanakan testing dengan cara yang
baku pula, mampu melakukan penskoran dengan benar, mampu
menginterpretasikan skor berdasarkan patokan penialaian tertentu.
4. Guru harus memiliki kemampuan menggunakan hasil-hasil penilaian untuk membuat keputusan-keputusan dalam bidang pendidikan.
Dalam hal ini, guru harus memahami
konsep reliabilitas dan validitas suatu alat ukur, sehingga mampu
menginterpretasikan hasil pengukuran dengan benar. Guru juga harus bisa
memahami dan dapat mendeskripsikan implikasi dan keterbatasan hasil
penilaian serta menggunakannya untuk meningkatkan prestasi anak
didiknya.
5. Guru harus memiliki kemampuan mengkomunikasikan hasil-hasil penilaian.
Secara rutin dan berkala, guru harus
melaporkan hasil penilaian siswa kepada orang tua siswa, pihak sekolah
dan pihak lain yang berkepentingan dalam hal ini. Oleh karena itu, guru
harus bisa menggunakan istilah-istilah penilaian secara benar, memahami
format skor yang berbeda, dan mampu menjelaskan makna dan implikasi dari
hasil penilaian.
C. Sifat-sifat Penilaian Pendidikan
Berikut ini disajikan beberapa sifat penilaian pendidikan yang diadopsi dari Cohen dan Swerdlik (2002).
1. Terdapat konstruk psikologis pendidikan.
Konstruk merupakan bentuk sederhana dari
atribut karakteristik suatu tes yang didesain untuk mengukur. Contoh :
prestasi merupakan suatu konstruk yang merupakan pengetahuan seseorang
atau pencapaian pada bidang tertentu yang diterima sesorang setelah
mengikuti pembelajaran. Contoh lainnya meliputi ; intelegensi siswa dan
sikap siswa.
2. Meskipun konstruk dapat diukur, namun hasilnya tidak sempurna.
Walaupun para ahli penilaian yakin bahwa
mereka dapat mengukur aspek psikologi siswa, mereka juga mengakui bahwa
proses pengukurannya tidak sempurna. Hal ini disebabakan oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah validitas instrumen dan teknik analisis
hasil pengukuran yang keliru. Istilah lain dari hal ini adalah kesalahan
pengukuran.
3. Terdapat berbagai macam cara untuk mengukur suatu konstruk.
Misalnya seorang guru melakukan
penilaian pada siswa pada mata pelajaran matematika, dengan beberapa
cara seperti tes tertulis, penugasan, penilaian kemampuan, dan
portofolio. Teknik penilaian yang beragam tentu memiliki karakteristik
yang unik, berbeda antara satu dengan lainnya. Penggunaan teknik
penilaian bergantung dari tujuan penilaian dan konstruk yang akan
dinilai.
4. Semua prosedur penilaian memiliki kelebihan dan kelemahan.
Para ahli mengakui bahwa masing-masing
prosedur penilaian memiliki kelemahan dan kelebihan. Suatu pendekatan
penilaian mungkin menghasillkan reliabilitas skor yang tinggi, namun
pendekatan ini tidak dapat mengukur beberapa aspek dari konstruk
sebagaimana pendekatan lainnya yang menghasilkan reliabilitas skor yang
lebih baik. Akibatnya penting bagi guru untuk memahami kelebihan dan
kekurangan secara khusus yang dimiliki oleh tiap prosedur penilaian.
5. Berbagai sumber informasi seharusnya menjadi bagian proses penilaian.
Dalam melakukan penilaian, seharusnya
melibatkan informasi dari pendekatan yang berbeda. Keputusan yang benar,
seharusnya tidak didasarkan pada salah satu prosedur penilaian saja.
6. Penilaian dapat dilakukan dengan cara yang adil.
Penilaian yang adil merupakan penialaian
yang dilakukan dengan instrumen yang valid dan reliabel. Dengan dua
syarat ini, maka hasil pengukuran menjadi objektif dan benar-benar
menggambarkan keadaan objek pengukuran yang sebenarnya. Dengan demikian,
akan memungkinkan penilai dapat mengambil suatu keputusan yang tepat
tentang konstruk yang diukur.
Baca juga tentang Membuat Rumusan masalah Penelitian dan Peranan Pendidikan dalam Pembangunan
Regards,